Beberapa plang nama jalan di Bandung selain bertuliskan aksara Latin
juga dituliskan aksara Sunda. Seberapa sedikit sih yang bisa membacanya?
Mungkin lebih sedikit dari sedikit dan lebih banyak sedikit dari tidak
ada sama sekali. Sedikit karena tidak pernah diajarkan di sekolah dasar
atau karena lingkungan kondusifnya tidak ada. Dibandingkan dengan aksara
Arab, meski tidak diajarkan di sekolah formal, rasanya orang masih bisa
dengan terbata-bata mengeja aksara Arab, huruf perhuruf.
Menulis dan membaca adalah dua hal yang seharusnya tidak dipisahkan.
Jadi, anggap tulisan ini sebagai pengantar membaca dan menulis aksara
Sunda dalam media digital.
ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ
Subjudul di atas terlihat kotak-kotak atau tanda tanya?
Jika ya, berarti komputer anda belum mempunyai fontnya. Agar anda bisa melihat wujud aksara Sunda di atas (dan seterusnya di bawah), unduh dahulu font Sundanese Unicode (52KB, format TTF) dan aktifkan dengan cara:
Jika ya, berarti komputer anda belum mempunyai fontnya. Agar anda bisa melihat wujud aksara Sunda di atas (dan seterusnya di bawah), unduh dahulu font Sundanese Unicode (52KB, format TTF) dan aktifkan dengan cara:
- Untuk sistem operasi Mac OS X: kopikan
SundaneseUnicode-1.0.3.ttfke/Library/Fonts/atau~/Library/Fonts/ - Untuk sistem operasi Windows: kopikan
SundaneseUnicode-1.0.3.ttfkeC:\Windows\Fonts\ - Untuk sistem operasi Linux: kopikan
SundaneseUnicode-1.0.3.ttfke/usr/share/fonts/truetype/atau ke~/.fonts/
Sebagai trik di halaman web karena sistem operasi belum tentu
mendukung set karakter Unicode 5.1 maka setiap aksara Sunda saya beri
tag span dengan style font aksara Sunda berukuran 1.5em berwarna marun.
Dalam CSS saya tulis
.sunda { font: 1.5em "Sundanese Unicode"; color: maroon; }Konsonan
Seperti halnya pada aksara Latin, aksara Sunda mempunyai huruf konsonan. Huruf-huruf tersebut adalah KA ᮊ — QA ᮋ — GA ᮌ — NGA ᮍ — CA ᮎ — JA ᮏ — ZA ᮐ — NYA ᮑ — TA ᮒ — DA ᮓ — NA ᮔ — PA ᮕ — FA ᮖ — VA ᮗ — BA ᮘ — MA ᮙ — YA ᮚ — RA ᮛ — LA ᮜ — WA ᮝ — SA ᮞ — XA ᮟ — HA ᮠ — KHA ᮮ — SYA ᮯ. Oh ya, saya sendiri belum hafal semua huruf konsonan ini, mungkin Kang Dian dan Dadan yang sudah hafal dan membaca aksara Sunda layaknya membaca aksara Latin :D
Huruf konsonan (ngalagena) ini jika berdiri sendiri berbunyi seperti
konsonan ditambah vokal A, misalnya kita menulis lima konsonan berikut
(aksara ditulis dari kiri ke kanan) ᮠᮔᮎᮛᮊ akan dibaca sebagai hanacaraka, bukan hncrk atau honocoroko atau hunecariko. Jadi, cerita Aji Saka hanacaraka datasawala padajayanya magabatanga bisa kita tuliskan menjadi ᮠᮔᮎᮛᮊ ᮓᮒᮞᮝᮜ ᮕᮓᮏᮚᮑ ᮙᮌᮘᮒᮍ.
Penanda Vokal
Tentu saja semua konsonan di atas harus berbunyi selain suara -A.
Bahasa Sunda mempunyai tujuh suara vokal, yaitu A, I, U, É, O, E dan EU.
Vokal terakhir EU yang sering menyulitkan orang membaca kosakata Sunda,
misalnya beureum euceuy, ngaleueut, laleur mapay areuy, Ciumbuleuit dll. Huruf konsonan di atas berganti bunyi dengan menambahkan penanda vokal yang disebut PANGHULU ( ᮤ di atas), PANYUKU ( ᮥ di bawah), PANÉLÉNG ( ᮦ di kiri), PANOLONG ( ᮧ di kanan), PAMEPET ( ᮨ di atas) dan PANEULEUNG ( ᮩ
juga di atas). Untuk kemudahan, huruf é yang tidak ada aksara Latin
Dasar (termasuk di layout keyboard PC standar) diganti menjadi ae. Hal
ini pula yang memudahkan saya membuat metode input fonetik di Mac dan di Linux. Di Windows saya belum tahu caranya. *duh, maaf!*
Penanda vokal ini seperti penanda yang kita kenal dalam aksara Arab
(fattah, dammah dan kasrah). Dalam bentuk tulis tangan pun tidak
mengganti wujud konsonan, hanya menambahkan, seperti aksen aksara Latin
é, ê, ë, dll.
Sebagai contoh kita akan menulis vapé vapo fumakila –jangan
muncrat ya mengejanya!– konsonan yang dipakai secara berurutan adalah
VA, PA, VA, PA, FA, MA, KA dan LA. Dengan penanda panéléng maka konsonan
PA dibaca menjadi PÉ, dari ᮕ menjadi ᮕᮦ, begitu juga dengan po, PA ditandai panolong dari PA menjadi PO, ᮕ menjadi ᮕᮧ, kemudian FA ᮖ ditandai panyuku menjadi FU ᮖᮥ dan KA ᮊ ditandai panyuku menjadi KI ᮊᮤ. Jadi hasil akhirnya menjadi ᮗᮕᮦ ᮗᮕᮧ ᮖᮥᮙᮊᮤᮜ.
Penanda Konsonan Mati
Tidak seperti bahasa Jepang, bahasa Sunda masih mengenal konsonan
mati. Bagi kita sangat mudah menyebut nama Husni Tamrin, tapi tidak bagi
orang Jepang yang pasti menyebutnya (mungkin) sebagai Husuni Tamarin.
Setiap konsonan bisa diberi penanda mati, yaitu PAMAÉH ᮪, bersimbol di sebelah kanan konsonan. Jadi nama Husni Tamrin bisa dituliskan sebagai HU-S-NI TA-M-RI-N menjadi ᮠᮥᮞ᮪ᮔᮤ ᮒᮙ᮪ᮛᮤᮔ᮪. Perhatikan bahwa huruf SA menjadi S ᮞ᮪, MA menjadi M ᮙ᮪ dan NA menjadi N ᮔ᮪.
Vokal
Selain konsonan dan penanda suara konsonan, tentunya ada juga huruf
vokal yang berdiri sendiri, yang berjumlah sama dengan penanda vokal,
yaitu huruf A ᮃ, I ᮄ, U ᮅ, É ᮆ, O ᮇ, E ᮈ dan EU ᮉ. Misalnya kita menulis ada apa di dalam sini kita pecah ke dalam fonetik sukukata menjadi a-da a-pa di da-la-m si-ni menjadi ᮃᮓ ᮃᮕ ᮓᮤ ᮓᮜᮙ᮪ ᮞᮤᮔᮤ.
Variasi
Konsonan, penanda suara konsonan dan vokal di atas rasanya masih
mudah untuk dicerna aturannya, hanya tinggal menghafal saja wujud-wujud
huruf konsonan, huruf vokal dan penanda-penandanya. Namun ada variasi
khusus untuk bunyi fonetik tertentu, yaitu PANYECEK, PANGLAYAR dan
PANGWISAD.
Panyecek adalah penambahan akhiran -ng pada konsonan atau vokal, misalnya ang ing éng kita tulis menjadi ᮃ ᮀ ᮄᮀ ᮆᮀ. Pada konsonan, akhiran -ng menjadi dibaca -ang, kecuali konsonan tersebut ditambah juga suara vokal terlebih dahulu, misalnya bang bing bung béng bong ditulis menjadi ᮘᮀ ᮘᮤᮀ ᮘᮥᮀ ᮘᮦᮀ ᮘᮧᮀ. Di sini konsonan mendapat sekaligus dua penanda, penanda vokal dan akhiran -ng. Jadi kata bing tidak dieja menjadi BI-N-G ᮘᮤᮔ᮪ᮌ᮪ atau BI-NG ᮘᮤᮍ᮪ tapi menjadi satu kesatuan fonetik BING ᮘᮤᮀ.
Panglayar adalah penambahan akhiran -r pada konsonan atau vokal, misalnya dar dir dur dér dor kita tulis menjadi ᮓᮁ ᮓᮤᮁ ᮓᮥᮁ ᮓᮦᮁ ᮓᮧᮁ, bukan ᮓᮛ᮪ ᮓᮤᮛ᮪ ᮓᮥᮛ᮪ ᮓᮦᮛ᮪ ᮓᮧᮛ᮪
. Sama seperti panyecek, perubahan suara vokal ditandai terlebih
dahulu, sehingga satu konsonan mendapat dua penanda. Contoh lain
misalnya kita menulis martir, kita tulis menjadi ᮙᮁᮒᮤᮁ.
Pangwisad adalah penambahan akhiran -h pada konsonan atau vokal, ah ih éh tidaklah ditulis menjadi ᮃᮠ᮪ ᮄᮠ᮪ ᮆᮠ᮪, tapi menjadi ᮃᮂ ᮄᮂ ᮆᮂ. Begitu pula pada konsonan, misalnya wahwéh kita tulis menjadi ᮝᮂᮝᮦᮂ.
*Rasanya sekarang semakin rumit, deh…*
Ulah lieur-lieur teuing atuh! ᮅᮜᮂ ᮜᮤᮉᮁ-ᮜᮤᮉᮁ ᮒᮩᮄᮀ ᮃᮒᮥᮂ!
Tiga variasi lainnya adalah berupa sisipan, yaitu sisipan -y- yang
disebut PAMINGKAL, sisipan -r- disebut PANYAKRA dan sisipan -l- yang
disebut PANYIKU.
Pamingkal berfungsi menyisipkan y ke dalam konsonan sebelum penanda vokal, misalnya kata dyah kita tulis menjadi huruf DA disisipkan -y- dan diberi akhiran pangwisad -h menjadi satu fonetik dyah ᮓᮡᮂ.
Sisipan ini cukup jarang, pada huruf SA kita tak perlu menambahkan
pamingkal, sebab sudah ada konsonan tersendiri yaitu SYA, begitu juga
pada NA yang sudah ada konsonan NYA. Juga pada kenyataannya sangatlah
jarang sukukata seperti ini, beberapa yang sering kita temui berasal
dari leluhur bahasa Sansekerta, misalnya hyang, dyah… eh apa lagi, ya?
Panyakra adalah penyisipan -r- pada konsonan, misalnya bra bri bru bré bro kita tulis menjadi ᮘᮢ ᮘᮢᮤ ᮘᮢᮥ ᮘᮢᮦ ᮘᮢᮧ, bukan menjadi fonetik B-RO ᮘ᮪ᮛᮧ atau B-R-O ᮘ᮪ᮛ᮪ᮇ.
Panyiku adalah penyisipan -l- pada konsonan, misalnya kla project dibaca sebagai kla projék dan ditulis menjadi ᮊᮣ ᮕᮢᮧᮏᮦᮊ᮪. Contoh lain misalnya plong kita tulis menjadi ᮕᮣᮧᮀ, gabungan PA-PANYIKU-PANOLONG-PANYECEK.
Enam variasi di atas memang cukup rumit!
Mari kita gabungkan semua aturan baku di atas ke dalam sebuah peribahasa, cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok, kita tulis menjadi ci-ka-ra-ca-k ning-gang ba-tu la-u-n la-u-n ja-di le-go-k ᮎᮤᮊᮛᮎᮊ᮪ ᮔᮤᮀᮌᮀ ᮘᮒᮥ ᮜᮅᮔ᮪-ᮜᮅᮔ᮪ ᮏᮓᮤ ᮜᮨᮌᮧᮊ᮪.
*ampun, dijééé!*
Terakhir, aksara Sunda mempunyai huruf digit 1234567890, yaitu ᮱᮲᮳᮴᮵᮶᮷᮸᮹᮰.
Aksara Sunda di atas saya tulis menggunakan metode input yang saya
buat. Mudah menuliskannya, namun sulit untuk membacanya (karena belum
hafal semua aksaranya)
ᮠᮒᮥᮁ ᮔᮥᮠᮥᮔ᮪
BalasHapus